Keluarga Super Irit film drama Keluarga Suparjo dikenal sebagai keluarga paling hemat di kampungnya. Dengan gaya hidup super irit yang kadang ekstrem, mereka mampu bertahan hidup dengan pengeluaran yang sangat minim. Suparjo, sang kepala keluarga, menerapkan berbagai trik unik untuk menghemat uang — mulai dari mendaur ulang barang-barang bekas, menawar harga hingga ke tingkat tak masuk akal, sampai mematikan listrik setiap pukul 7 malam demi tagihan murah.

Istri Suparjo, Bu Sumarni, dan kedua anak mereka, Jono dan Rini, kadang merasa malu dan kesal dengan kebiasaan aneh ayah mereka. Namun, perlahan mereka mulai menyadari bahwa hidup hemat bukan hanya soal menabung, tapi juga soal kreativitas, kerja sama, dan menghargai apa yang dimiliki. Apalagi saat krisis ekonomi menimpa kampung mereka, banyak tetangga yang justru datang meminta tips berhemat dari keluarga Suparjo.

Konflik muncul ketika anak-anak mulai tumbuh dan ingin menjalani hidup yang lebih modern dan bebas, sementara Suparjo tetap keras pada prinsip keiritannya. Jono ingin membeli motor bekas untuk bekerja, sedangkan Rini diam-diam menabung demi bisa kuliah di kota. Ketegangan antara gaya hidup lama dan impian masa depan pun memuncak, menguji kekompakan keluarga ini.

Namun di balik semua perbedaan itu, mereka sadar bahwa nilai sejati dari keluarga bukan terletak pada uang yang dihemat, tetapi pada cinta, pengertian, dan dukungan satu sama lain. Dengan cara mereka sendiri, Keluarga Super Irit membuktikan bahwa hidup sederhana bukan hal yang memalukan, melainkan sebuah pilihan yang penuh makna dan ketulusan.