Gundik (2025) adalah film drama sejarah yang berlatar pada masa kolonial Hindia Belanda, mengangkat kisah tragis dan penuh gejolak seorang perempuan Jawa bernama Raras yang menjadi gundik (selir) seorang pejabat tinggi Belanda. Terjebak dalam sistem patriarki dan kekuasaan kolonial, Raras awalnya dipaksa masuk ke dalam hubungan tersebut demi menyelamatkan keluarganya dari kemiskinan dan tekanan sosial. Namun, kehidupannya berubah drastis ketika ia mulai memahami arti kebebasan, harga diri, dan cinta sejati.

Seiring waktu, Raras menyadari bahwa posisinya sebagai gundik membuatnya berada dalam dunia yang penuh manipulasi, iri hati, dan bahaya tersembunyi. Ia terperangkap dalam istana mewah yang sebenarnya adalah penjara, di mana setiap langkahnya diawasi dan setiap kata bisa menjadi ancaman. Namun, dari dalam penindasan itu, Raras mulai tumbuh menjadi perempuan yang berani, cerdas, dan penuh perlawanan. Pertemuannya dengan seorang guru pribumi yang memperjuangkan kemerdekaan perlahan menyalakan api perlawanan dalam dirinya.

Hubungan mereka membawa risiko besar, namun juga memberi harapan baru. Raras mulai mempertanyakan sistem yang membelenggunya, bukan hanya sebagai perempuan, tetapi juga sebagai manusia yang dirampas hak-haknya oleh kolonialisme. Film ini menyajikan konflik batin yang kuat antara cinta, pengkhianatan, dan perjuangan identitas, dengan latar budaya dan politik yang kompleks.

“Gundik” (2025) adalah potret menggugah tentang ketidakadilan, kekuatan perempuan, dan keberanian melawan sistem yang menindas. Dengan sinematografi yang megah, kostum era kolonial yang detail, serta akting mendalam dari para pemeran utamanya, film ini menawarkan kisah emosional yang menyentuh dan relevan hingga hari ini. Sebuah karya yang menantang penonton untuk melihat kembali sejarah dari sudut pandang mereka yang selama ini dibungkam.