
The Convert film drama berlatar belakang Selandia Baru
The Convert (2024) adalah film drama sejarah yang disutradarai oleh Lee Tamahori, berlatar belakang Selandia Baru pada tahun 1830-an, saat masa kolonisasi Inggris mulai mengakar. Film ini mengisahkan Thomas Munro (Guy Pearce), seorang pengkhotbah Protestan asal Inggris yang berusaha membawa perdamaian antara suku Māori dan pemukim Inggris di kota Epworth. Namun, niat baiknya diuji ketika ia menyelamatkan Rangimai (Tioreore Ngatai-Melbourne), seorang wanita Māori yang bertekad membalas dendam atas kematian suaminya. Konflik antara dua suku Māori, Maianui dan Akatarewa, semakin memanas, sementara pemukim Inggris memandang rendah suku Māori sebagai “barbar”.
Seiring berjalannya waktu, Munro menyadari bahwa ia bukan hanya menghadapi perpecahan antara suku Māori, tetapi juga harus berhadapan dengan prasangka dan diskriminasi dari komunitas Inggris. Meskipun berusaha mengajarkan kasih dan pengampunan, ia menemukan bahwa kedua belah pihak lebih memilih jalan kekerasan dan balas dendam. Film ini menggambarkan bagaimana Munro, yang awalnya datang dengan misi damai, perlahan terperangkap dalam konflik yang semakin kompleks dan berdarah.
Rangimai, karakter yang diperankan oleh Tioreore Ngatai-Melbourne, menjadi pusat emosional film ini. Sebagai seorang wanita yang kehilangan suaminya dalam pertempuran, ia menampilkan kekuatan dan kerentanannya dengan mendalam. Hubungannya dengan Charlotte (Jacqueline McKenzie), seorang janda pemukim Inggris, menambah dimensi humanis dalam cerita yang penuh ketegangan ini. Kedua karakter wanita ini menunjukkan bahwa di tengah kekerasan dan kebencian, masih ada ruang untuk empati dan persahabatan.
Secara visual, The Convert menampilkan sinematografi yang memukau, dengan lanskap alam Selandia Baru yang indah namun keras. Adegan-adegan pertempuran, termasuk pertunjukan haka yang menggetarkan, memberikan dampak emosional yang kuat. Meskipun beberapa kritik menyebut film ini memiliki tempo yang lambat dan narasi yang terkadang membingungkan, The Convert tetap berhasil menyajikan potret sejarah yang mendalam dan penuh refleksi tentang konflik, budaya, dan pencarian perdamaian.