
Salvable film fiksi ilmiah dengan nuansa humanistik
Salvable adalah film fiksi ilmiah dystopian-thriller dengan nuansa humanistik yang kuat. Disutradarai oleh Marissa Tran, film ini mengeksplorasi tema penebusan, keadilan ekologis, dan nilai kemanusiaan dalam dunia yang tak lagi manusiawi. Dengan sinematografi kontras antara lanskap tandus dan kubah artifisial mewah, Salvable menantang penonton untuk bertanya: apakah semua orang memang layak diselamatkan, atau hanya mereka yang masih percaya bahwa dunia bisa diperbaiki?
Di dunia pasca-keruntuhan ekologis tahun 2049, peradaban manusia terpecah antara kota-kota kubah bagi kaum elit dan wilayah tandus yang ditinggalkan bagi mereka yang “tidak layak selamat.” Di tengah reruntuhan dan kekeringan yang melanda, seorang mantan insinyur bioteknologi bernama Rhea Calder hidup tersembunyi, dihantui masa lalunya sebagai perancang sistem seleksi kehidupan yang kini digunakan untuk menentukan siapa yang boleh hidup di dalam kubah. Namun, segalanya berubah saat seorang anak misterius muncul di ambang pintu tempat persembunyiannya—seorang anak yang seharusnya tidak mungkin hidup.
Anak itu, bernama Sol, membawa kode genetik yang mampu menetralkan virus udara yang selama ini digunakan untuk mengendalikan populasi. Rhea pun diburu oleh pasukan korporasi yang menganggap anak itu sebagai ancaman terhadap tatanan dunia yang telah mereka ciptakan. Terpaksa melarikan diri, Rhea dan Sol memulai perjalanan berbahaya melintasi tanah-tanah mati menuju wilayah yang disebut “Sanctum”—satu-satunya tempat yang diyakini masih memiliki sumber daya alami dan kebebasan sejati.
Di sepanjang perjalanan, Rhea menghadapi para pemburu bayaran, pemimpin pemberontak yang menyimpan agenda tersendiri, serta suara-suara dari masa lalunya yang terus menggema dalam pikirannya. Ia dipaksa untuk menghadapi peranannya dalam menciptakan sistem yang menyingkirkan jutaan nyawa, dan memutuskan apakah penebusan masih mungkin terjadi di dunia yang hampir kehilangan moral dan harapan. Hubungan antara Rhea dan Sol berkembang, tidak hanya sebagai pelindung dan yang dilindungi, tetapi sebagai dua jiwa yang sama-sama rusak namun masih ingin percaya pada kemungkinan penyelamatan.