Bastar: The Naxal Story film aksi‑drama pemberontakan Naxal
Bastar: The Naxal Story 2024 Film ini berlatar Bastar, sebuah wilayah di Chhattisgarh, India, yang terkenal melalui konflik antara negara dan kelompok pemberontak Maois/Naxal selama beberapa dekade. Tokoh utama adalah IPS Officer Neerja Madhavan, seorang perwira kepolisian yang ditugaskan untuk meredam pengaruh ekstremisme Kiri di Bastar, serta menghadapi ancaman dari Naxal yang melakukan aksi kekerasan terhadap warga serta lembaga negara.
Di sisi lain, film juga menghadirkan kisah Ratna, seorang wanita suku asli (tribal) yang suaminya dibunuh secara brutal oleh kelompok Naxal, yang dipimpin oleh pemimpin keras bernama “Lanka Reddy.” Setelah tragedi itu, Ratna bangkit, bergabung sebagai Special Police Officer, dan bersatu dengan Neerja dalam usaha melawan para pemberontak. Konflik antara warga lokal, aparat, dan ideologi pemberontakan menjadi benang merah cerita.
Selain aksi lapangan, ada bagian pengadilan dan urusan politik yang menggambarkan tuduhan terhadap Neerja bahwa dia melakukan penyergapan ekstra‑hukum terhadap warga suku yang tak bersalah, serta bagaimana kelompok aktivis kiri dan “intelektual” dituduh memanfaatkan situasi kekacauan demi agenda politik mereka sendiri. Pemerintah lokal dan nasional, media, pendukung ideologi kiri, dan kelompok pro‑pemerintah semuanya terlibat dalam dialog, konfrontasi, bahkan propaganda dalam narasi yang digambarkan film.
Akhirnya, konflik ini memuncak lewat pertempuran fisik dan moral: Ratna dan Neerja harus menghadapi konsekuensi dari kekerasan dan pembalasan, baik dari kelompok Naxal maupun dari aparat yang terkadang mengaburkan batas antara penegakkan hukum dan tindakan yang melanggar HAM. Film menampilkan sejumlah adegan kekerasan yang menyentuh perasaan, kerusakan dan penderitaan warga miskin dan suku, tapi di satu sisi juga mempertanyakan siapa yang benar‑benar menjadi korban dan siapa yang menjadi pelaku dalam kompleksitas konflik ini. Bastar: The Naxal Story berusaha menjadi film aksi‑drama yang menggugah dan kontroversial, meski banyak kritik menyebut bahwa penyajiannya terlalu sederhana dan condong ke satu sudut pandang saja.