Episode ketujuh ini menampilkan titik balik yang sangat emosional bagi Toru Muranishi dan timnya. Setelah mengalami kesuksesan besar, Muranishi harus menghadapi kenyataan pahit: bisnisnya berada di ambang kehancuran. Masalah keuangan mulai menghimpit, distribusi terhambat, dan tekanan dari pihak berwenang kian menguat. Perlahan, impian besar yang dulu tampak tak tergoyahkan mulai runtuh di hadapan kenyataan yang kejam.
Di saat yang sama, hubungan antar karakter mulai terguncang. Erika, yang selama ini menjadi ikon film-film Muranishi, merasa dilecehkan dan kehilangan arah. Ia mulai mencari jati diri di luar dunia yang membentuknya. Sementara itu, Toshi semakin tertekan oleh beban moral dan mulai mempertanyakan keputusan-keputusan Muranishi. Ikatan persahabatan mereka diuji oleh ambisi yang sudah terlalu jauh melampaui batas.
Muranishi, meskipun mulai menyadari keterpurukannya, tetap menolak menyerah. Ia berpegang pada keyakinannya bahwa mimpi tak boleh padam, meski semua orang di sekelilingnya mulai menyerah. Obsesi terhadap kebebasan berekspresi dan “revolusi seksual” yang ia gaungkan sejak awal berubah menjadi beban pribadi yang sangat berat. Kini ia harus berjuang bukan hanya untuk kariernya, tapi untuk harga dirinya sebagai pencipta dan pemimpi.
“Don’t Dream It’s Over” menggambarkan bagaimana impian besar bisa menjadi kutukan ketika tidak dibarengi dengan kesadaran diri dan tanggung jawab. Episode ini penuh dengan ketegangan emosional, kekecewaan, dan pertanyaan tentang arti sebenarnya dari kebebasan. Di akhir episode, penonton dibiarkan bertanya-tanya: apakah ini awal dari akhir bagi Muranishi, atau justru titik di mana ia akan bangkit kembali?
Untuk Film Yang Dideskripsikan Di Atas Hanya Bisa Ditonton Di Kokofilm21
There are no reviews yet.