En tongs au pied de l’Himalaya komedi‑drama penuh kehangatan
En tongs au pied de l’Himalaya Pauline adalah seorang ibu tunggal yang berjuang menjalani hidup setelah berpisah dari Fabrice, ayah dari putranya Andréa, yang berumur sekitar 6 setengah tahun dan didiagnosis dengan gangguan spektrum autisme (TSA). Kehidupan Pauline tidak stabil: dia tidak memiliki penghasilan tetap, tinggal di rumah saudaranya, dan sering menghadapi stres serta kelelahan emosional karena tanggung jawab yang besar. Meski demikian, dia berusaha keras agar Andréa tetap bersekolah secara reguler, karena tahun ajaran yang akan datang—kelas pra‑sekolah (grande section de maternelle)—merupakan masa yang krusial bagi perkembangan dan integrasi sosialnya.
Setiap hari menjadi tantangan baru. Dari rutinitas mengantar Andréa ke sekolah, urusan transportasi yang bisa membuatnya cemas, sampai kebutuhan akademik dan emosional anaknya yang unik, Pauline harus bergulat dengan sistem sosial dan pendidikan yang sering kali tidak peka terhadap kebutuhan anak seperti Andréa. Dia dibantu oleh Samia, seorang pendidik atau pendamping khusus yang merawat Andréa di sekolah dengan metode‑metode spesifik. Namun di rumah, tanpa dukungan finansial dan emosional yang cukup, kehidupan mereka berantakan: kacau dalam menjadwalkan, sering merasa kewalahan, dan kadang tergelincir dalam keputusasaan.
Tahun sekolah ini menandai periode penting: jika Andréa tidak menunjukkan kemajuan dalam kemandirian dan kemampuan dasar tertentu, dia bisa saja kehilangan kesempatan untuk tetap bersekolah di kelas reguler, yang berdampak besar pada masa depannya. Pauline merasa seolah‑olah harus “mendaki Himalaya dengan sandal jepit” — sebuah metafora untuk menunjukkan betapa besar dan beratnya tantangan yang dihadapi tanpa perlengkapan yang memadai. Di tengah semua tekanan itu, muncul momen‑momen kecil: tawa ketika Andréa menunjukkan kemajuan, frustrasi ketika sistem tidak responsif, pertemuan dengan guru atau layanan sosial yang tak selalu mengerti, dan konflik batin tentang bagaimana menjadi ibu sebaik mungkin sambil menjaga keseimbangan hidupnya sendiri.
En tongs au pied de l’Himalaya adalah sebuah komedi‑drama penuh kehangatan dan kejujuran, yang tidak hanya menggambarkan perjuangan orang tua anak autis, tapi juga tentang pertumbuhan pribadi seorang ibu yang harus belajar menerima ketidakpastian, membangun kekuatan dari dalam, dan terus maju meskipun tantangan besar menghadang. Dengan Audrey Lamy sebagai Pauline, film ini menyajikan gambaran yang menyentuh antara kegigihan, cinta, kelelahan, dan harapan. Lewat keseimbangan antara momen yang menyeret hati dan adegan ringan yang mengundang senyum, film ini mengajak penonton bukan hanya untuk menangis atau merasa kasihan, melainkan juga memahami, menghargai, dan melihat bahwa kekuatan bisa muncul dari kesulitan hidup sehari-hari.