Sorry, Baby (2025) sebuah film drama komedi gelap independen
Sorry, Baby (2025) adalah film drama komedi gelap independen asal Amerika, yang ditulis dan disutradarai oleh Eva Victor—juga memerankan tokoh utama. Debut fitur ini diproduksi oleh Adele Romanski, Mark Ceryak, dan Barry Jenkins, dan menampilkan pemeran termasuk Naomi Ackie, Lucas Hedges, Louis Cancelmi, dan John Carroll Lynch.
Agnes (Eva Victor) adalah seorang profesor sastra di sebuah kampus kecil di New England yang menjalani hidup dengan tenang, meski masa lalunya dihantui oleh trauma kekerasan seksual yang pernah dialaminya dari mantan pembimbing akademik. Film ini tidak menyorot langsung pada kejadian traumatis tersebut, melainkan pada proses penyembuhan yang rumit dan sering kali tidak linier. Agnes mencoba menata ulang hidupnya di tengah lingkungan yang penuh intrik akademik, tatapan orang-orang yang tahu sebagian kisahnya, dan kebingungan tentang bagaimana ia ingin dilihat oleh dunia.
Ketika seorang mahasiswa muda mendekatinya dengan kisah serupa, Agnes terpaksa menghadapi kembali kenangan yang selama ini ia simpan rapat. Hubungan antara keduanya berkembang menjadi cermin emosional yang memaksa Agnes menilai ulang pandangannya tentang keadilan, keberanian, dan solidaritas perempuan. Di sinilah film menggabungkan drama mendalam dengan humor gelap—menciptakan momen-momen yang getir namun kadang memancing tawa pahit.
Interaksi Agnes dengan orang-orang di sekitarnya—termasuk sahabat yang blak-blakan, rekan kerja yang sinis, dan keluarga yang kikuk—menjadi rangkaian percakapan yang memadukan satire sosial dengan refleksi pribadi. Setiap dialog mengungkap lapisan baru dari kepribadiannya, menunjukkan bahwa proses penyembuhan bukanlah garis lurus, melainkan jalur berliku yang penuh ragu dan keberanian kecil.
Disutradarai dan ditulis oleh Eva Victor sendiri, Sorry, Baby menampilkan cerita yang hangat sekaligus menyakitkan, dengan gaya penceritaan yang luwes dan visual yang intim. Alih-alih menawarkan resolusi mutlak, film ini meninggalkan penonton dengan rasa lega bercampur getir—sebuah pengingat bahwa bertahan hidup sering kali berarti menerima bahwa luka akan selalu menjadi bagian dari kita, namun tidak harus mendefinisikan siapa kita selamanya.