Sister Midnight (2025) adalah film debut panjang dari sutradara Karan Kandhari, Uma (Radhika Apte), seorang wanita muda dari daerah pedesaan India, tiba di Mumbai setelah menjalani pernikahan yang diatur. Ia resmi menikah dengan Gopal (Ashok Pathak), pria yang pemurung dan mengecewakan. Ditempatkan di sebuah gudang kecil yang penuh sesak dan bising, Uma merasa terasing—diminta bertindak sebagai istri rumah tangga padahal tak memiliki pengalaman sama sekali. Suaminya tak hanya acuh, tetapi juga sering mabuk hingga tidak tampil penuh sebagai pasangan, memperparah isolasi dan frustrasi Uma.

Kegelisahan Uma mengarah pada titik puncak ketika sesuatu yang tampaknya sepele—gigitan nyamuk—memicu transformasi kacau dalam dirinya. Ia mulai mengalami kegelisahan fisik dan jiwa: mual, kehilangan nafsu makan, dan dorongan tak terkendali terhadap hal-hal yang menyerupai naluri binatang—seperti membunuh dan memakan seekor merpati dalam adegan yang surreal. Perlahan, kehidupan rumah tangganya berubah menjadi adegan penuh kelucuan gelap dan horor.

Seiring malam melingkupinya, Uma berubah menjadi makhluk primitif yang liar, berkeliaran di lorong-lorong kota dengan warna-warna neon dan suasana mimpi surreal. Ia mulai berinteraksi dengan sosok-sosok marginal—penyanyi transeksual, tetangga yang sinis—serta dengan hewan-hewan “zombie” seperti kambing, tikus, dan burung, yang muncul melalui animasi stop-motion sebagai ekspresi realita atau bayangan jiwa Uma yang terguncang.

Perubahan Uma memuncak ketika ia, dengan penuh kemarahan dan simbolisme, membebaskan diri dari batasan pernikahan dan norma sosial. Dalam klimaks puitis sekaligus mengerikan, ia terlihat mengenakan saree pengantin yang robek, berdansa sendirian di ballroom terbengkalai, dilingkupi bunyi tawa gila dan bayangan hewan-hewan mimpi yang menemaninya. Film ini menutup dengan adegan ambiguitas—Uma berdiri di puncak gedung, dikelilingi senyap dan cahaya fajar, meninggalkan penonton bertanya: apakah ini kebebasan atau kehancuran total?