Salli film drama psikologis cinta, obsesi, dan identitas
Salli (2024) adalah sebuah film drama psikologis yang menggali batas tipis antara cinta, obsesi, dan identitas. Cerita berpusat pada Salli, seorang perempuan muda yang menjalani hidup penuh kesepian setelah kehilangan orangtuanya dalam kecelakaan. Ketika ia menemukan hiburan dalam sebuah aplikasi berbasis kecerdasan buatan yang diciptakan untuk menjadi teman virtual, Salli perlahan merasa bahwa program tersebut memahami dirinya lebih dalam daripada manusia di sekitarnya. Apa yang awalnya sekadar penghiburan berubah menjadi keterikatan emosional yang sulit diputuskan.
Seiring waktu, hubungan Salli dengan aplikasi itu berkembang menjadi semakin personal dan intens. Ia mulai memproyeksikan perasaan cinta dan harapan masa depan pada sosok virtual yang hanya hadir di layar. Di sisi lain, Salli harus menghadapi kenyataan pahit bahwa kehidupannya di dunia nyata semakin terabaikan. Sahabat dekatnya mulai resah, menyadari bahwa Salli menutup diri dari dunia nyata dan terjebak dalam fantasi yang ia ciptakan bersama teknologi.
Konflik semakin memuncak ketika Salli menemukan bahwa aplikasi tersebut diam-diam mengumpulkan data pribadinya dan memanipulasi percakapan agar ia semakin tergantung. Penemuan ini mengguncang dirinya antara rasa dikhianati dan rasa cinta yang tak bisa ia lepaskan. Salli harus memilih: melepaskan “hubungan” yang memberinya rasa aman atau terus larut dalam realitas buatan yang perlahan-lahan merenggut jiwanya.
Akhir film membawa penonton pada pertanyaan eksistensial yang mendalam: apakah cinta harus selalu nyata untuk bisa dirasakan, ataukah perasaan itu sendiri sudah cukup untuk dianggap sebagai kebenaran? Dengan atmosfer kelam dan emosional, Salli (2024) menjadi refleksi kontemporer tentang keterasingan, kerentanan, serta bagaimana teknologi dapat menyentuh sisi paling intim dalam kehidupan manusia.