Kannappa kisah seorang pemburu atheis dari suku Chenchu
Kannappa (2025) Thinnadu adalah seorang pemburu dari suku Chenchu yang hidup jauh dari konsep ketuhanan. Ia tumbuh sebagai kaum yang skeptis terhadap ritual dan penyembahan, serta menolak gagasan bahwa ada entitas ilahi yang harus disembah. Kehidupan sehari‑harinya didominasi oleh perjuangan, alam, dan tradisi suku, tanpa sentuhan spiritual atas kepercayaannya sendiri.
Suatu ketika, suku Thinnadu mengalami tekanan — baik dari konflik internal maupun dari “penyusup tak terlihat” yang mengancam keluarganya dan tanah mereka. Dalam kekacauan itu muncul Avadhoota, manifestasi misterius Dewa Siwa, yang berusaha membimbing Thinnadu agar mengenal Vayulinga (simbol Tuhan Siwa) dan memperlihatkan bahwa keimanan sejati tidak mengabdi pada ritual kosong, melainkan kepada pengorbanan hati. Namun, tantangan terbesar datang dari Bhakta Mahadeva Sastry yang merasa dirinya satu‑satunya yang pantas menghormati Vayulinga, menentang perubahan yang dibawa Thinnadu.
Dalam perjalanan spiritualnya, Thinnadu berubah perlahan: dari penentang menjadi pengikut setia. Ia mempertaruhkan segalanya demi membuktikan pengabdiannya kepada Siwa — termasuk dengan tindakan ekstrem yang legendaris dalam mitologi: mengorbankan penglihatannya sendiri untuk menghentikan darah yang mengalir dari patung lingam yang suci. Dengan langkah ini, ia tidak hanya menebus keraguannya sendiri, tetapi juga merekonsiliasi konflik antara suku, ajaran lama, dan iman baru.
Dalam klimaks penuh emosi, Thinnadu akhirnya dikenal sebagai Kannappa, seorang devotaya besar yang dicatat dalam legenda sebagai sosok keimanan tanpa batas. Kisah ini merefleksikan tema pengorbanan, penebusan, dan transformasi spiritual — bahwa iman sejati sering kali terlahir dari ujian terdalam hati manusia. Film ini membaurkan unsur epik, mitologi, dan drama religius dalam bentuk spektakuler.