Jessica Frost (2025) Jessica Frost adalah seorang wanita muda yang hidupnya tiba‑tiba berubah ketika ayahnya, seorang ilmuwan yang populer, meninggal dalam keadaan misterius. Kematian ayahnya memicu serangkaian kejadian ganjil yang membuat Jessica menyadari bahwa ada rahasia keluarga yang selama ini disembunyikan darinya. Identitas dan masa lalunya muncul perlahan sebagai teka‑teki yang harus dirangkai — siapa sebenarnya ayahnya, apa yang ia kerjakan, dan mengapa pekerjaannya bisa menarik perhatian orang‑orang berbahaya.

Tidak lama setelah ayahnya meninggal, Jessica menjadi target seorang psikopat yang bisa melompat di waktu (time‑jumping psychopath) bersama tim pembunuh bayaran (assassins). Psikopat itu tampaknya mengejarnya karena sesuatu yang terkait dengan penelitian rahasia ayahnya, yang mungkin berkaitan dengan kesadaran manusia, waktu, atau dimensi yang melampaui batas realitas. Jessica harus melarikan diri dan melakukan perjalanan yang tak hanya fisik, tetapi juga melalui batas waktu, ruang, dan memori.

Dalam pelariannya, Jessica bertemu dengan mantan Marinir (ex‑Marine) yang bermasalah, yang kemudian menjadi sekutunya. Bersama-sama, mereka menelusuri jejak penelitian ayahnya, melintasi gurun, menghadapi kondisi ekstrem, menghadapi ilusi, dan konflik batin. Perjalanan itu bukan hanya tentang menghindar dari pembunuh, tetapi juga tentang konfrontasi dengan masa lalu: rahasia keluarga, pertanyaan tentang identitas diri, dan bisikan bahwa apa yang dianggap “nyata” mungkin lebih fleksibel daripada yang dibayangkan.

Menuju klimaks, Jessica harus menggabungkan keberanian dan kecerdikan untuk menghadapi psikopat waktu itu dalam konfrontasi yang melewati batas ruang dan waktu. Ia harus memilih: menjaga rahasia yang bisa menghancurkan dirinya atau membongkarnya dengan risiko besar. Jessica Frost mengakhiri kisahnya dengan penegasan bahwa nasib, masa lalu, dan identitas tidak bisa dihindari — bahwa untuk menemukan siapa kita sebenarnya, kadang kita harus melewati yang paling gelap dari rahasia kita sendiri.