episode ketiga ini, Rocco mulai menerima bahwa dorongan seksualnya bukan sekadar gejolak remaja biasa—ia menyebutnya sebagai “The Beast”, sebuah kekuatan dalam dirinya yang tak bisa dikekang. Julukan itu bukan tanpa alasan. Rocco merasa seolah ada makhluk buas dalam tubuhnya yang terus menuntut pelampiasan, dan semakin ia mencoba mengabaikannya, semakin besar rasa gelisah yang ia rasakan. Episode ini membuka sisi gelap dari hubungan Rocco dengan tubuhnya sendiri.
Rocco kini hidup dengan dua versi dirinya: satu sebagai pemuda yang ingin hidup normal dan membahagiakan keluarganya, dan satu lagi sebagai sosok yang dikendalikan oleh “The Beast”. Ia mulai menjalani kehidupan ganda—tampil sebagai pria biasa di siang hari, namun membiarkan sisi liarnya lepas di malam hari. Konflik internal ini semakin meruncing saat ia sadar bahwa ia tidak lagi bisa membedakan antara kendali dan ketergantungan.
Ketegangan meningkat ketika kehadiran “The Beast” mulai mengganggu hubungan Rocco dengan orang-orang di sekitarnya. Ia menarik diri dari keluarga, mulai menjauhi ibunya, dan terlibat dalam hubungan yang tidak sehat. Episode ini juga memperkenalkan momen-momen awal di mana Rocco menyadari bahwa seks bukan lagi soal kesenangan pribadi—melainkan kebutuhan yang menguasai seluruh identitasnya. Ia tidak lagi hanya “memiliki” dorongan itu, tapi mulai “dikuasai” olehnya.
Akhir episode membawa Rocco pada sebuah titik di mana ia tidak punya pilihan selain menghadapi “The Beast” secara langsung. Apakah ia akan tunduk dan membiarkan sisi liarnya mengambil alih, atau justru berusaha menjinakkannya? Dengan atmosfer yang lebih gelap dan intens, The Beast menggambarkan babak penting dalam pembentukan jati diri Rocco—sebuah pertempuran antara naluri, rasa bersalah, dan pencarian kendali atas hidupnya sendiri.
Untuk Film Yang Dideskripsikan Di Atas Hanya Bisa Ditonton Di Kokofilm21
There are no reviews yet.