Behave (2024) Kelompok teman muda yang penuh karakter pelik berpamitan sejenak dari kehidupan sehari‑hari mereka setelah kehilangan seorang sahabat dekat. Mereka memutuskan untuk pergi ke sebuah vila mewah di pinggiran London — harapannya: sebuah pelarian dari kesedihan, kesempatan untuk melepas stres, dan mempererat persahabatan yang mulai renggang akibat konflik pribadi. Namun di antara tawa dan nostalgia, muncul Polly, seorang instruktur perilaku (etiquette coach) yang diundang untuk memberi pelajaran tentang adab, sopan santun, dan “bagaimana seharusnya mereka bertindak.”

Awalnya, konsep “behave” dianggap aneh dan agak dilebih‑lebihkan oleh sebagian dari mereka — terutama ketika Polly mulai menerapkan aturan‑aturan yang tampak kaku dan situasi mulai terasa lebih seperti latihan sosial daripada liburan. Ada ketidaknyamanan yang menumpuk: rekan‑teman yang dulu akrab mulai mempertanyakan batasan, dan suasana santai berubah menjadi penuh kecanggungan, rasa malu, serta kondisi psikologis yang mudah terganggu.

Semakin lama di vila itu, mereka merasakan bahwa mereka tidak sendirian — ada sesuatu yang mengintai. Kehadiran entitas misterius atau kekuatan tak kasat mata menjadi semakin nyata. Suara‑suara aneh, bayangan yang lewat, sampai benda‑benda yang bergerak sendiri semuanya menambah ketegangan. Anggota kelompok yang awalnya skeptis mulai percaya bahwa mereka sedang berada di ambang bahaya, dan bahwa pelajaran perilaku yang Polly coba tanamkan mungkin memiliki motif lain yang lebih gelap.

Di babak terakhir, identitas sebenarnya dari “guru sopan santun” ini dan alasan di balik aturan‑aturan anehnya terungkap. Konflik emosional antara teman temannya mencapai puncak: persahabatan diuji, rahasia masa lalu muncul, dan yang paling penting — siapa boleh dipercaya dan siapa yang sebenarnya menjadi ancaman. Film ini menggabungkan unsur slasher dan misteri ala giallo, dengan kesan bahwa “berperilaku baik” memiliki harga yang tidak murah saat terjerumus dalam situasi ekstrem.