The Cut kisah seorang petinju pensiun kembali ke ring
The Cut Seorang petinju dari Irlandia Utara, yang pernah dianggap memiliki masa depan cerah di ring, kini menjalani hari‑hari setelah pensiun: mengelola sebuah gym kecil dan melatih anak‑muda yang bermasalah sambil menyembunyikan rasa sakitnya atas kekalahan terakhir yang menghancurkan ambisinya. Meski sudah meninggalkan dunia kompetisi, rindunya akan panggung pertarungan tak pernah benar‑benar padam. Kehidupan sederhana itu terus dibayangi oleh kegagalan masa lalu dan kerinduan untuk membuktikan bahwa dirinya masih bisa.
Kesempatan itu datang tiba‑tiba ketika promotor mendatanginya dengan tawaran: menggantikan petinju lain yang batal bertanding, untuk sebuah pertarungan besar di Vegas. Namun ada satu syarat yang sangat berat — dia harus memangkas berat badannya secara drastis dalam waktu yang sangat singkat agar masuk ke kelas berat yang ditentukan. Di bawah tekanan fisik dan mental yang luar biasa, ia mulai menjalani diet ekstrem, latihan kelelahan, dan metode‑training yang merusak tubuh.
Saat hari pertandingan makin dekat, obsesinya tumbuh: bukan cuma obsesi akan kemenangan atau penghargaan, tapi juga obsesi terhadap citra dirinya sendiri, terhadap harga diri yang telah terkikis. Dia mulai kehilangan hubungan dengan orang terdekatnya — terutama Caitlin, pasangannya yang juga mendampinginya secara emosional. Latihan yang keras dan pengurangan berat badan yang ekstrem membuatnya bergulat bukan hanya dengan rasa sakit fisik, tapi juga trauma emosional dan disfungsi psikologis.
Akhirnya, The Cut bukan sekadar cerita tentang comeback di ring, melainkan sebuah potret kelam tentang pengorbanan diri, identitas, dan batas antara hasrat untuk menang dan kehancuran diri. Dalam klimaks yang mengejutkan, film ini mempertanyakan: apa arti kemenangan jika harus mengorbankan kesehatan, hubungan, dan kewarasan? Penonton ditinggalkan dengan perasaan bahwa kadang kekalahan terbesar bukan dari lawan di ring, tapi dari diri sendiri.