The Mountain film pertualangan penuh aksi tiga anak muda
The Mountain (2024) Sam adalah gadis berusia sebelas tahun yang sedang berjuang melawan kanker. Ia separuh Māori, separuh Pākehā, tapi di masa kecilnya jarang sekali berhubungan dengan budaya Māori-nya. Dengan keyakinan bahwa Gunung Taranaki (Mounga Taranaki) memiliki kekuatan penyembuhan lewat ikatan leluhur (whakapapa), Sam memutuskan kabur dari rumah sakit agar bisa mendaki gunung tersebut.
Dalam pelariannya, Sam bertemu dua anak laki‑laki: Bronco, anak Māori yang merasa sering diabaikan oleh ayahnya karena pekerjaan yang menyita waktu, dan Mallory, Pākehā yang merasa kesepian sejak kematian ibunya. Mallory kemudian berperan sebagai teman perjalanan dan pemandu dalam ekspedisi kecil mereka. Persahabatan mereka berkembang, meskipun datang dengan berbagai tantangan dan rasa takut masing‑masing.
Perjalanan itu tidaklah mudah. Mereka memilih jalur tidak resmi (“off the beaten track”) yang menuntut fisik dan mental: melintasi jembatan tali yang goyah, melewati medan alam yang sulit, dan menghadapi cuaca serta kabut yang membingungkan. Kondisi kesehatan Sam semakin memburuk sehingga ketegangan emosional makin terasa — persahabatan diuji, keletihan dan keraguan melingkupi ketiganya.
Saat akhirnya mereka mendekati Gunung Taranaki, Sam harus menghadapi kenyataan bahwa gunung itu bukan sekadar destinasi fisik, melainkan simbol hubungan budaya, identitas, dan harapan. Ia dan sahabat‑sahabatnya belajar bahwa terkadang keberanian bukanlah memaksa tubuh melampaui batas, tetapi mendengarkan hati dan menerima kelemahan. Setelah kabut menyatu dan tantangan mereka puncaki, film ini menutup dengan rekonsiliasi — bukan hanya antara anak‑anak itu dan orang tua mereka, tetapi juga antara budaya Māori dan perjalanan pribadi Sam. Persahabatan, penerimaan budaya, dan kekuatan hubungan manusia menjadi inti dari kisah ini.