Gaua film drama sejarah menggabungkan unsur horor folktale
Gaua berlatar di Basque, Spanyol, pada abad ke‑17, masa ketika perburuan penyihir sedang marak dan ketakutan akan sihir menguasai masyarakat. Kattalin, seorang wanita dari pertanian terpencil, melarikan diri dari rumahnya di malam hari, hendak menjauh dari suaminya. Ia berjalan sendirian ke hutan yang gelap, dalam keadaan ketakutan dan putus asa, berharap menemukan kebebasan atau paling tidak keselamatan di antara pepohonan dan bayang‐bayang.
Di dalam hutan, kesendirian Kattalin segera berubah ketika ia merasakan ada yang mengikutinya—suara, langkah, dan kehadiran yang tak terlihat. Semakin jauh ia berjalan, ketegangan dan kengerian mulai datang perlahan: suara-suara malam, bisikan, dan bayangan yang tampak hidup. Dalam keputusasaannya, ia menemukan tiga perempuan yang sedang mencuci pakaian di sungai, bercengkerama dengan cerita-cerita seram dan gosip desa yang penuh kisah-kisah mistis dan peringatan tentang sihir.
Cerita tiga perempuan itu menciptakan cerminan antara dongeng, ketakutan masyarakat, dan realitas hidup Kattalin sendiri. Ia mendengarkan kisah-kisah lama tentang tuduhan sihir, tentang wanita yang dianggap berbeda atau dianggap mengancam norma, lalu diburu, dihukum, atau bahkan diasingkan. Seiring malam berjalan, batas antara cerita dan kenyataan menjadi samar: Kattalin mulai merasa bahwa kisah-kisah itu tidak sekadar dongeng — bahwa ia sendiri mungkin akan menjadi bagian dari pengadilan masyarakat yang menakutkan.
Gaua adalah drama fantasi sejarah yang menggabungkan unsur horor folktale dengan tema-tema perjuangan personal terhadap ketidakadilan. Lewat kisah Kattalin, film ini mengeksplorasi bagaimana ketakutan, misogini, dan tradisi bisa menjebak individu—terutama wanita—pada posisi yang genting di mana mereka dipaksa tunduk atau melawan. Gambaran hutan yang mencekam, dongeng yang menakutkan, dan atmosfir abad ke‑17 yang keras memperkuat ketegangan emosional dan moral. Pada akhirnya, Gaua menantang penonton untuk memikirkan: siapa yang menjadi korban di balik ketakutan masyarakat, dan seberapa jauh seseorang harus melangkah agar bisa mempertahankan kemanusiaannya.