Espantaho film horror filipina disutradarai Chito S. Roño
Espantaho (2025) Berlatar di Pampanga, film ini mengikuti kisah Monet (Judy Ann Santos) dan ibunya, Rosa (Lorna Tolentino), yang tengah mengadakan pasiyam—ritual doa selama sembilan hari untuk almarhum ayah dan kepala keluarga mereka, Pabling. Seusai pemakaman, ritual ini diganggu oleh kehadiran misterius sebuah lukisan “Scarecrow” (espantaho) yang dibawa pulang oleh suaminya, Jack (JC Santos), dan memicu peristiwa supranatural yang mengancam keluarga mereka.
Pada hari-hari pasiyam, ketegangan keluarga memuncak ketika Adele (Chanda Romero)—istri sah Pabling—datang bersama anak-anaknya, Andie dan Roy, yang menuntut hak atas warisan keluarga. Di tengah konflik ini, keluarga Monet menghadapi kejadian kejanggalan: anggota keluarga menghilang begitu saja—digantikan oleh jejak jerami—sementara entitas menakutkan dari lukisan itu muncul mengintai di rumah mereka.
Aktor-aktor senior seperti Santos, Tolentino, dan Romero mendapat pujian luas atas performa mengesankannya yang memicu intensitas emosional dan dramatis—cukup untuk menutupi kekurangan dari sisi penulisan dan pacing yang terkesan melelahkan bagi sebagian penonton. Sejumlah kritik menyoroti bahwa unsur horor tidak selalu efektif—kadang terasa seperti “telenovela” yang menyelinap ke dalam genre horror—namun kekuatan naratif justru terletak pada konflik batin dan dendam emosional dalam keluarga tersebut.
Teknis film mendapat apresiasi: sinematografi yang atmosferik, skor musik yang mencekam, serta penggunaan bayangan dan keheningan untuk menciptakan suasana menyeramkan. Namun, ada yang merasa film ini sulit menemukan keseimbangan antara drama keluarga dan elemen supernatural. Meski begitu, performa kuat para pemain berhasil menjadikan Espantaho sebagai tontonan dramatis berbalut horor budaya yang sarat tradisi lokal—dan tetap mengundang diskusi tentang trauma, pengkhianatan, dan pengampunan.