Blue Eye Samurai

Mizu dan Ringo tiba di sebuah kota kecil yang tampaknya damai, namun menyimpan banyak keanehan di balik wajah ramah para penduduknya. Kota ini dikenal sebagai tempat berkumpulnya para pengrajin senjata dan ilmuwan eksentrik, dan Mizu berharap bisa menemukan pandai besi tua yang diyakini memiliki informasi penting tentang salah satu target asingnya. Namun, yang mereka temui justru orang-orang dengan kebiasaan aneh dan kecenderungan menyembunyikan sesuatu. Atmosfer kota yang tenang ini terasa menyesakkan, seolah-olah ada sesuatu yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Selama penyelidikan, Mizu menyadari bahwa penduduk kota ini ternyata hidup di bawah pengawasan seorang bangsawan yang eksentrik namun berbahaya. Sang bangsawan sangat terobsesi dengan kesempurnaan dan keindahan senjata, hingga rela mengurung para pengrajin demi membuat karya terbaik. Ketika Ringo mulai berinteraksi dengan para pengrajin yang terperangkap, ia menyadari betapa dunia Mizu yang penuh darah sangat kontras dengan keunikan dan harapan mereka yang masih ingin hidup bebas.

Konflik memuncak ketika Mizu menyusup ke kediaman sang bangsawan untuk mencuri informasi, namun malah terjebak dalam permainan sadis yang menguji ketangguhan fisik dan mentalnya. Di sinilah Mizu dipaksa mengakui bahwa kekuatan bukan satu-satunya alat untuk bertahan hidup—kadang kecerdikan dan kemampuan beradaptasi juga dibutuhkan. Di saat yang sama, Ringo menunjukkan keberaniannya dengan cara yang tidak terduga, membuktikan bahwa ia bukan hanya beban dalam perjalanan ini.